Probolinggo.SGI. Achmad Doni Medianto merupakan pria kelahiran Palembang 6 Mei 1993, yang kini menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Probolinggo, Polda Jatim. Namun siapa sangka, dibalik kesuksesannya saat ini, pria berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) itu pernah menjadi pemulung.
Tentu hal itu sulit dipercaya, bagi kalangan masyarakat. Namun cerita hidup yang pernah dilalui suami Shirleen Agvinda Dwivania tersebut, benar adanya. Pengalaman pemulung itu, dijalaninya saat masih duduk di bangku kelas dua Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pada Senin (3/7/2023), Doni menceritakan kalau saat menjadi pemulung, ia bersekolah di SMA Negeri 17 Palembang. Sekolah itu, ia pilih setelah lulus dari Sekolah Dasar (SD) Yayasan IBA Palembang, dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) YSP PUSRI Palembang.
Sama seperti siswa pada umumnya, hari-hari Doni di sekolah digunakan untuk belajar. Ketekunannya dalam belajar membuahkan hasil, sering kali Doni menjadi siswa berprestasi dan teladan. Hingga akhirnya, Doni berpikir bagaimana cara menghasilkan uang meski masih menjadi pelajar.
Tepat pada semester genap kelas dua SMA, Doni melihat seseorang yang mencari botol bekas untuk dijual. Dari situlah, terlintas dibenak Doni untuk menjadi pemulung. Sedikit demi sedikit Doni mengumpulkan botol bekas sisa minuman orang tua, saudara, teman dan dirinya.
Waktu senggang juga ia manfaatkan, untuk mencari botol bekas. Tanpa rasa gengsi, sepulang sekolah, Doni mencari botol bekas di tumpukan sampah, di pinggir jalan, serta di pusat keramaian. Setelah berjalan satu bulan, Doni mulai menjual botol-botol yang sudah ia kumpulkan tersebut ke tengkulak barang bekas.
"Saya kira harganya Rp 20 ribu satu kilonya, tapi ternyata hanya dua ribu. Saya dapat 20 kilo lebih, kalau gak salah dapat uang 50 ribu dulu saya," ucapnya tersenyum, mengingat masa lalu.
Doni merasa senang, dengan uang yang didapat dari jerih payahnya sendiri. Namun perasaan sedih juga dirasakannya, pasalnya uang yang didapat tidak sebanding dengan lelahnya pekerjaan yang dilakukannya selama satu bulan penuh.
Dengan begitu, Doni memutuskan untuk berhenti menjadi pemulung. Doni mulai memanfaatkan kegemarannya yang suka menulis, untuk mencoba menulis opini dan menulis tentang jurnalistik. Hasil tulisan itu diprint out, yang kemudian diperbanyak untuk dijual.
Tidak disangka, usaha itu membuahkan hasil. Setiap tulisan yang dijual Doni, sangat diminati oleh para siswa. Setiap tulisan barunya, selalu laris dibeli oleh teman dan siswa lainnya.
"Hasil penjualan yang jual botol bekas sama penjualan tulisan itu, saya gunakan untuk makan dan kepentingan pribadi saya," akunya.
Singkat cerita, berkat pengalaman, kerajinan dan kecakapannya saat menjadi siswa. Anak ke tiga dari pasangan Dr. H. Akhmad Najib dan Dra. Hj. Musiawati itu terpilih sebagai Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Setelah sebelumnya menjadi pengurus Majelis Perwakilan Kelas (MPK).
Hal tersebut dimanfaatkan betul, hingga Osis yang dinahkodai Doni sering kali mengikuti kegiatan tingkat Daerah, Provinsi, hingga Nasional. Karena itu, ia masuk dalam kepengurusan Perkumpulan Pemuda Sumatera Selatan (Perpasultan) yang dibentuk Gubernur Sumatera Selatan.
"Selama menjadi siswa, saya juga pernah menjadi jurnalis di salah satu media cetak, dengan gaji Rp 600 ribu per tiga bulan. Saya berhenti setelah mau Ujian Nasional," ucapnya.
Setelah lulus SMA, Doni mengikuti keinginan orang tuanya untuk mendaftar di Taruna Akpol dan lulus pada 2015. Saat di Taruna Akpol, Doni tetap melatih seni menulisnya dengan cara berkontribusi mengisi majalah Chevron atau majalah internal Akpol pada 2014 lalu.
Usai lulus dari Taruna Akpol, Doni mulai di tempatkan di Polresta Banjarmasin. Lalu pada 2018 ia menikahi gadis pujaan hatinya, Shirleen. Hingga akhirnya memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya, di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK)-PTIK pada 2019-2020.
Pasca lulus, ayah dua anak itu langsung ditempatkan di Polresta Sidoarjo, selama di Sidoarjo ia menjabat sebagai Kanit Resmob dan Kanit Pidter. Satu tahun berjalan, pada 2021 Doni dipindah tugaskan menjadi pengasuh Taruna Akpol sampai 2022.
"Baru awal 2023 ini saya dipindah ke Polres Probolinggo sebagai Kasat Reskrim, menggantikan senior saya AKP Rahmad Ridho Satrio," jelasnya.
Kegigihannya selama menjadi siswa membuat nilai plus bagi sosok Doni, sehingga ketika menjabat Kasat Reskrim, ia mampu menuntaskan tugas-tugas yang telah diamanahkan. Seperti mengungkap pelaku pembakaran mobil milik ketua LSM Siliwangi Probolinggo.
Di mana kasus tersebut, sempat menjadi atensi bagi pihak kepolisian serta masyarakat. Kemudian dapat mengungkap kasus penimbunan pupuk, hingga berhasil menetapkan tersangkanya.
Alhasil, pada apel HUT Bhayangkara ke 77 di Alun-alun Kota Kraksaan, Doni mendapat dua penghargaan sekaligus, salah satunya karena mampu menumpas kasus pembakaran mobil hingga ke otak pelakunya.
"Cari pengalaman sebanyak mungkin, terus berjuang dan jangan mudah menyerah," pesannya menutup pembicaraan tentang perjalanan karirnya.
Di mana kasus tersebut, sempat menjadi atensi bagi pihak kepolisian serta masyarakat. Kemudian dapat mengungkap kasus penimbunan pupuk, hingga berhasil menetapkan tersangkanya.
Alhasil, pada apel HUT Bhayangkara ke 77 di Alun-alun Kota Kraksaan, Doni mendapat dua penghargaan sekaligus, salah satunya karena mampu menumpas kasus pembakaran mobil hingga ke otak pelakunya.
"Cari pengalaman sebanyak mungkin, terus berjuang dan jangan mudah menyerah," pesannya menutup pembicaraan tentang perjalanan karirnya.(har).